Sejarah Perkembangan Islam di Vietnam
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang penentuan tahun
masuknya Islam ke Vietnam, namun mereka sepakat bahwa Islam telah sampai ke
tempat ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi melalui jamaah dari India, Persia dan
pedagang Arab, dan menyebar antara jamaah cham sejak adanya perkembangan
kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam dan dikenal dengan nama kerajaan Champa.
Kerajaan Campa
a. Sejarah Kerajaan
Campa
Campa terletak di seberang laut sebelah selatan propinsi
Goangdong (Tiongkok Selatan) demikian menurut catatan Ma Huan dalam bukunya
YingYang Sheng Lan (pemandangan indah di sebrang samudra) orang
berlayar menuju ke sebelah barat daya dari kabupaten Chang Le, propinsi
Fujian (Tiongkok Selatan) bila ada angin buritan kapal akan sampai di
Campa pada hari ke-10. Di sebelah selatan Campa terdapat kerajaan tetangga
bernamaKamboja. Di sebelah barat berbatasan dengan dengan Laos. Di sebelah laut
timur adalah laut besar.
Di bagian timur laut Campa terdapat sebuah pelabuhan,
Xinzhaou (Qoui-Nho) di pantai terdapat sebuah menara batu. Di sana tempat
berlabuh kapal-kapal yang berdatangan. Kampungnya bernama Sri Vijaya dan
dipimpin oleh dua kepala kampong yang mengurus 50-60 kepala keluarga. Kota
Campapura sebagai ibu kota Kerajaan Campa terletak kira-kira 100 li
(puluhan kilometer) di sebelah barat daya kampong itu. Di kota Campapura
terdapat istana sang raja. Tembok kotanya terbuat dari batu dan berpintu empat.
Pintu gerbangnya dijaga ketat.
Kerajaan Champa (bahasa Vietnam: Chiêm
Thành) adalah kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang
termasuk Vietnam tengah
dan selatan, diperkirakan antara abad ke-7 sampai dengan 1832. Sebelum Champa, terdapat
kerajaan yang dinamakan Lin-Yi (Lam
Ap), yang didirikan sejak 192,
namun hubungan antara Lin-Yi dan Campa masih belum jelas. Komunitas masyarakat
Champa, saat ini masih terdapat di Vietnam,Kamboja, Thailand, Malaysia dan Pulau Hainan (Tiongkok). Bahasa
Champatermasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.
Kerajaan Lin-Yi merupakan inti pertama negri Campa yang
masuk sejarah pada akhir abad ke-2. Sumber-sumber Cina memberitakan
pendiriannya sekitar tahun 192. Pembentukan kerajaan Lin-Yi pada tahun 192
didahului setengah abad sebelumnya, yakni pada tahun 137, dengan usaha
penyerbuaan pertama terhadap Siang-Lin oleh segerombolan orang Bar-Bar yang
kira-kira 1000 jumlahnya yang datang dari luar perbatasan Jen-Nan.
Sebelum terbentuknya Kerajaan Champa, di daerah tersebut
terdapat Kerajaan
Lin-Yi (Lam Ap), akan tetapi saat ini belum diketahui dengan jelas
hubungan antara Lin-Yi dan Champa. Lin-Yi diperkirakan didirikan oleh Seorang
pegawai peribumi yang bernama K’iu-Lien mengambil keuntungan dari merosotnya
kekuasaan Dinasti Han akhirnya untuk membentuk wilayahnya dari sebagian wilayah
militer Cina, kemudian menyatakan diri raja di Sianglin, wilayah yang paling
selatan secara kasar dapat disamakan dengan bagian selatan yaitu di daerah
kota Huế yang
sekarang menjadi provinsi Vietnam: Thuathien. Mula-mula Lin-Yi, “ibu kota Lin
disangka kependekan dari Siam-lin Yi, ibu kota-Siang-Lien. Tetapi
akhir-akhir ini dikemukakan Menurut Stein kemungkinannya sebagai nama suku
bangsa.
b. Wilayah Kekuasaan
Sebelum tahun 1471, Champa merupakan konfederasi dari 4 atau
5 kepangeranan, yang dinamakan menyerupai nama wilayah-wilayah kuno di India:
Indrapura – Kota Indrapura saat ini disebut Dong Duong,
tidak jauh dari Da Nang dan Huế sekarang. Da Nang
dahulu dikenal sebagai kota Singhapura, dan terletak dekat lembah My
Son dimana terdapat banyak reruntuhan candi dan menara. Wilayah yang
dikuasai oleh kepangeranan ini termasuk propinsi-propinsi Quảng
Bình, Quảng
Trị, dan Thừa
Thiên–Huếsekarang ini di Vietnam.
Amaravati – Kota Amaravati
menguasai daerah yang merupakan propinsi Quảng
Nam sekarang ini di Vietnam.
Vijaya – Kota Vijaya saat ini
disebut Cha Ban, yang terdapat beberapa mil di sebelah utara kota Qui
Nhon di propinsi Bình
Định di Vietnam. Selama beberapa waktu, kepangeranan Vijaya pernah
menguasai sebagian besar wilayah propinsi-propinsi Quang-Nam, Quang-Ngai, Binh
Dinh, dan Phu Yen.
Kauthara – Kota Kauthara saat ini disebut Nha
Trang, yang terdapat di propinsi Khánh
Hòasekarang ini di Vietnam. Panduranga – Kota Panduranga saat ini
disebut Phan Rang, yang terdapat di propinsi Ninh
Thuận sekarang ini di Vietnam. Panduranga adalah daerah Champa
terakhir yang ditaklukkan oleh bangsa Vietnam.
Diantara kepangeranan-kepangeranan tersebut terdapat dua
kelompok atau suku: yaitu Dua dan Cau. Suku Dua terdapat di
Amaravati dan Vijaya, sementara suku Cau terdapat di Kauthara dan Panduranga.
Kedua suku tersebut memiliki perbedaan tata-cara, kebiasaan, dan kepentingan,
yang sering menyebabkan perselisihan dan perang. Akan tetapi biasanya mereka
berhasil menyelesaikan perselisihan yang ada melalui perkawinan antar suku.
C. Kedatangan Islam
Di Campa
Pada awalnya Champa memiliki hubungan budaya dan agama yang
erat dengan Tiongkok, namun peperangan dan penaklukan terhadap wilayah
tetangganya yaitu Kerajaan Funan pada abad ke-4, telah
menyebabkan masuknya budaya India. Setelah abad ke-10 dan seterusnya, perdagangan laut dari Arab ke
wilayah ini akhirnya membawa pula pengaruh budaya dan agama Islam ke dalam
masyarakat Champa.
Sebelum penaklukan Champa oleh by Lê Thánh Tông, agama
dominan di Champa adalah Syiwaisme dan budaya Champa
sangat dipengaruhi India. Islam mulai memasuki Champa setelah abad ke-10, namun
hanya setelah invasi 1471 pengaruh agama ini menjadi semakin cepat. Pada abad ke-17 keluarga
bangsawan para tuanku Champa juga mulai memeluk agama Islam, dan ini pada
akhirnya memicu orientasi keagamaan orang-orang Cham. Pada saat aneksasi mereka
oleh Vietnam mayoritas orang Cham telah memeluk agama Islam.
Kebanyakan orang Cham saat ini beragama Islam, namun seperti
orang Jawa di
Indonesia, mereka mendapat pengaruh besar Hindu.
Catatan-catatan di Indonesia menunjukkan pengaruh Putri Darawati, seorang putri
Champa yang beragama Islam, terhadap suaminya, Kertawijaya,
raja Majapahit ketujuh
sehingga keluarga kerajaan Majapahit akhirnya memeluk agama Islam. Makam Putri
Campa dapat ditemukan di Trowulan, situs ibukota Kerajaan Majapahit.
Kedatangan Islam di Campa dibuktikan dengan adanya dua buah
prasasti kufi yang di temukan di Phanrang/ pahanri (Panduranga). Dalam prasasti
tersebut bertarikh 1039 M, dan yang saytu bertarikh 1035- 1039 M, ini
menunjukkan bahwa orang Islam telah datang dan menetap di Campa semenjak
pertengahan abad ke-10. Dalam cerita lain disebutkan bahwa telah ada hubungan
antara Campa dengan Islam sekitar tahun 1000 hingga tahun 1036 M. Jadi, Raja
Campa pergi ke Makkah selama kurang lebih 37 tahun kemudian kembali lagi ke
Campa. Adapun mengenai siapa orang Islam pertama yang datang dan menetap di
Campa, Fatimi dan Ravaise berpendapat bahwa kebanyakan orang Islam yang datang
ke Campa adalah orang-orang dari Parsi. Sebagai buktinya ialah pengembaran
orang-orang Cina yang bernama I-Ching yang menaiki sebuah kapal Po-see (Parsi)
pada tahun 671.
Dari kedua ukiran tulisan prasasti kufi di atas dikatakan
bahwa keduanya ini berasal dari Syi’ah yang di tulis oleh orang Parsi/
orang Islam Parsi, salah satu diantara keduanya yaitu bertuliskan Abu Kamil.
Yang mempunyai tujuan sama seperti orang Persia dan Iraq datang ke Campa diduga
untuk mencari kekayaan. Mengenai prasasti yang kedua Fatimi dan Ravaise juga
berpendapat bahwa prasasti tersebut telah ditulis oleh orang Parsi juga yang
bertuliskan Mahmud Ghaznawi yang pada waktu itu memerintah hampir seluruh
Persia. Selain itu petunjuk lain mengenai Islam di Campa ini adalah adanya
upacara-upacara Cam Bani misalnya upacara menamai bayi yang hampir semuanya
rata-rata bernama Ali, Ibrahim atau Muhammad untuk bayi laki-laki dan Fatimah
untuk bayi perempuan, ini menandakan pengaruh dari unsur Syiah atau Parsi. Pada
masa ini juga dunia Melayu sedang mengalami Islamisasi. Jadi, Islam mulai
sepenuhnya berkembang di Cam setelah mereka berhubungan dengan dunia Melayu.
Seperti yang telah dijelaskan diatas orang Islam dikawasan
Panduranga memanggil diri mereka Cam Bani yang diambil dari bahasa Arab “Bani”
artinya anak atau keturunan. Dan Kebanyakan para pegawai Bani ini memahami
bahasa Arab dan memiliki beberapa salinan Al- Qur’an. Masjid menghadap ke
Makkah dan ditutup hampir sepanjang tahun kecuali pada bulan Ramadhan. Ramadhan
yang di kenal sebagai Ramadon atau bulan ok (bulan berpuasa) adalah yang
diperuntukan kepada ahli-ahli agama Bani yang akan berpuasa mewakili semua
komuniti. Namun mereka hanya berpuasa hanya tiga hari pertama bulan tersebut.
Khutbah sembahyang Jum;at terdiri dari Syarahan (kajian) yang dipetik dari
beberapa ayat Al-Qur’an, diikuti dengan jamuan makan. Meskipun Campa ini
merupakan Islam dan Allah disertakan dalam imannya tetapi dalam pelaksanaannya
berbeda dengan Islam. Yang didalamnya terdapat beberapa kesan tentang
kepercayaan primitife Melayu-Polinesia yang bercampur aduk dengan unsur- unsur
Brahmanisme. Menurut mereka meskipun beragama Islam namun tidak salah apabila
melibatkan “Po Yang” (kesucian) yang dipandang tinggi oleh orang kafir. Mereka
menyambut satu upacara pemujaan khas yang dipandang sebagai semangat bayi yang
meninggal ketika masih bayi atau keguguran. Mereka percaya bahwa semangat ini
menunggu untuk dihidupkan kembali.
D. Islam Dan Kerajaan
Campa
Islam masuk dan berkembangnya di Vietnam,
khususnya Islam pada tahap awal tidak bisa dilepaskan dari kehadiran
kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di Vietnam diawali dengan
uraian sejarah keberadaan Campa Kuno dan Etnis Campa.
Campa, menurut literatur Cina dari negeri bernama Lin-Yi
(yang muncul pada 192 M), terletak dibagian tengah negeri Vietnam sekarang,
antara Gate Of Annam (Hoanh Son) di uatara dan sungai Donnai selatan. Penduduk
Lin-Yi bertutur dalam bahasa Cham dari rumpun Austronesia. Sejak awal Lin-Yi
negeri yang takluk pada china dan membayar upeti kepada China. Nama “Campa”
disebut dan dipakai pertama kali dalam dua buah inskkripsi bahasa sansekerta,
satunya bertarikh 658 M yang ditemukan bagian tengah Vietnam. Dan satu lagi
ditemukan pada 668 M di kamboja. Abad VIII merupakan puncak kerajaan Campa,
yang ditandai dengan kekuasaan wilayahnya daan kemajuan peradabannya. Pada masa
ini, Campa merupakan sebuah kerajaan persekutuan yang terdiri dari kerajaan
negeri : Indrapura, Amarawati, Vijaya, Kauthara dan Pandurangan yang
masing-masing mempunyai pemerintah yang otonom dengan ibu negara Indrapura
(Quang Nam sekarang). Kerajaan Campa mempunyai hubungan dengan
kerajaan-kerajaan tetangganya, dengan China dan Vietnam diuatara,Kamboja
dibarat, dan Nusantara di selatan. Contoh secara teratur mengirim utusan-utusan
dan mengadakan hubungan ekonomi dan keagamaan dengan China. Ajaran agama yang
dianut masyarakat Campa pada abad VIII dan IX adalah buddha mahayana, yang
merambah Campa melalui sami (Pendeta Buddha) yang datang dari Cina. Adapun
relasinya dengan nusantara bermula ketika terjadi perompakan besar-besaran oleh
orang Jawa penghujung abad VIII. Hubungan itu kemudian menjadi lebih baik
dalm bentuk hubungan perdagangan dan persahabatan.
Pada abad IX, terjadi peralihan orientasi Campa dari China.
Mulai jaman ini kebudayaan Campa termasuk sistem sosial keagamaan dan lain
sebagainya, dipengaruhi oleh budaya India dan agama Hindu dan Budha. Pada 939
M, muncul kekuatan baru di wilayah ini, yakni Dai Viet (kemudian menjadi
Vietnam). Mulai sejak itu terjadi peperangan yang berkepanjangan antara
Vietnam dan Campa. Pada 982 M, Vietnam berhasil menghancurkan ibu kota
Indrapuraraja Campa memindahkannya jauh ke selatan, yakni ke Vijaya (Binh Dinh
sekarang). Namun pada 1044, Dai Viet (Vietnam) bahkan berhasil menduduki kota
Vijaya dan membunuh rajanya..berbagai usaha pernah dilakukan raja-raja
Campa untuk membalas dendam dan menyerang Vietnam yang semakin dapat
memperbesar wilayahnyadan mencaplok Campa. Suatu kali kerajaan Campa pernah
kembali pada masa kejayaannya, meski hanya dalam durasi singkat, yaitu ketika
diperintah oleh Che Bong Nga (1360-1390), dialah yang berhasil dalam usaha
mengembalikan wilayah yang dirampas Vietnam dan dalam memerintah dengan cukup
adil serta berjaya memerangi para perampok.
Pada 1471, Raja Vietnam Le Thanh Tong menyerang Campa secara
besar-besaran, dan menghancurkan Vijaya, membunuh lebih 40.000 penduduk,
mengusir lebih dari 30.000 lainnya dari bumi Campa, bahkan lebih jauh lagi dia
telah menghancurkan sisa-sisa kebudayaan Campa yang dipengaruhi
Hindu/Buddha dan kemudian menggantikannya dengan kebudayaan China/Vietnam.
Dengan kemenangan Le Thanh Tong 1471 itu, tamatlah riwayat kerajaan Campa
belahan utara, khususnya Indrapura, Amarawati, Vijaya.
Selanjutnya yang bertahan adalah sisa-sisa kerajaan Campa
belahan selatan, yaitu Kauthara dan Panduranga, yang diperintahi oleh Bo Tri
Tri dan pengganti-penggantinya. Kerajaan Campa mulai menerima kebudayaan melayu
serta Islam yang masuk melalui pelabuhan Panduranga dan Kauthara, dan juga
meningkatkan hubungan dengan negeri-negeri di Melayu dan Nusantara. Bahkan
dikabarkan bahwa raja Campa yang bernama Po Klau Halu (1579-1603) sudah
memeluk Islam dan pernah mengirim tentaranya untuk membantu Sultan Johor
di Semenanjung Malaka untuk berperang menentang Portugis pada 1511.
Bagaimanapun raja Ngunyen dari Vietnam menaklukan Khautara
(1659) danPanduranga (1697). Akibatnya, raja Pandurangan terakhir, Po Chei
Brei terpaksa mengungsi meninggalkan negereinya bersama ribuan pengikutnya
menuju Rong Damrei di Kamboja. Pada 1832 penguasa Vietnam Minh Menh
melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap sisa-sisa terakhir penduduk
Campa Panduranga, dan merampas seluruh sawah ladang mereka serta
memasukkan wilayah Pandurangan menjadi bagian Vietnam. Hal ini menandai
lenyapnya sisa-sisa kerajaan Campa terakhir dari peta bumi untuk selamanya,
walaupun kebudayaan dan etnis Campa tetap berlanjut dipengungsian yakni
Kamboja.
Seperti telah diuraikan sebelumnya banyak orang Campa
yang meninggalkan tanah airnya karena desakan Nan Tien atau pergerakan
orang-orang Vietnam ke selatan. Untuk menyelamatkan diri mereka Hijrah ke
Kamboja. Di Kamboja mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari
Nusantara. Akulturasi budaya yang terjadi karena persamaan agama dan rumpun
bahasa Austronesia tersebut membentuk sebuah komunitas masyarakat baru
yang di sebut Melayu-Campa atau Java-Campa.
Mazhab Yang Diikuti
Terdapat dua mazhab besar umat Islam di Vietnam: mazhab
Sunni dan mazhab Bani. Adapun mazhab Sunni tersebar diseluruh penjuru negara
kecuali dua tempat antara Tuan Han dan Ninh Thuan, dan mayoritas mereka
menganut mazhab Syafi’i. Adapun mazhab Bani tersebut di daerah Ninh Thuan dan
Binh Thuan, dan mazhab ini tidak banyak dikenal oleh umat Islam di dunia;
karena memiliki ciri khusus domistik dan memiliki pengaruh kuat warisan dari
India yang banyak bertentangan dengan ajaran Islam yang benar, seperti
menjadikan pemimpin untuk shalat mewakili jamaah, tidak ada perhatian dari para
pemimpin dengan jamaah mereka sehingga menyebar di tengah mereka ajaran-ajaran
syirik, dan tersebar di tengah mereka aktivitas yang tidak sesuai dengan aqidah
yang benar oleh karena kebodohan, sedikitnya ulama dan para dai. Dan ketika
datang bulan Ramadhan mereka memisahkan diri dari istri-istri mereka sejak awal
bulan hingga akhir, karena mereka tinggal di masjid selama bulan Ramadhan, dan
banyak lagi permasalahan lainnya yang ada di sana. Boleh jadi phenomena terjadi
oleh karena kebodohan mereka terhadap Islam dan ajaran-ajaran yang sebenarnya,
dan terputusnya hubungan mereka dengan dunia Islam dalam waktu lama sehingga
mereka memiliki keyakinan apa yang dalam Islam dan bahkan hingga mencapai pada
tuduhan bahwa mazhab sunni adalah bid’ah. Sebagaimana yang terjadi di sana
adanya perselisihan dan perdebatan tentang tema antara mereka dan mazhab Sunni.
Pada tahun 1959 sebagai mereka umat Islam bagian selatan,
khususnya umat Islam di kota Shai Ghon, dan terjadi perkenalan dan dialog di
tengah mereka tentang Islam sehingga mereka memahami bahwa jamaah mereka jauh
dari hakikat Islam, dan mereka mulai belajar dari mereka ajaran yang benar, dan
juga memperbaharui keislaman mereka dan memperbaikinya. Kemudian kelompok ini
pulang ke negeri mereka dan mengajak masyarakat pada ajaran Islam yang bersih
dan benar, maka dakwah itupun berhadapan dengan berbagai bentuk penolakan,
pendustaan dan tuduhan dari warga dan menganggapnya sebagai bid’ah dan
khurafat. Namun berkat karunia Allah SWT, mampu memenangkan agama dari
keyakinan yang menyimpang dan agama yang batil yang diacuhkan kecuali Allah
mampu menyempurnakan cahaya-Nya sehingga sebagian mereka menerima dakwah ini
dengan penuh kepuasan dan kerelaan, dan akhirnya mereka memperbaharui dan
memperbaiki keislaman mereka.
Dan melalui ini terjadi titik tolak penting dalam sejarah berupa
bersinar kembali cahaya Islam di tengah mereka setelah sebelumnya mengalami
kejahilan di negeri mereka dalam waktu yang lama, dan akhirnya setiap hari
terus bertambah orang-orang yang memperbaharui keislaman mereka. Dan bertambah
pula 4 pembangunan masjid di daerah tersebut, karena keberadaan mereka dalam
masjid-masjid yang ada dapat mengarah pada perbedaan dan perdebatan. Adapun
masjid yang dimaksud adalah masjid Phuic Nhon, masjid An Xuan, masjid Van Lam,
dan masjid Nho Lam, dan semuanya terdapat di propinsi Ninh Thuan.
Sementara itu gerakan pembaharuan tidak mencakup propinsi
Ninh Thuan, sehingga penduduknya tetap berada pada keyakinan tersebut hingga
datang pembaharuan yang dibawa oleh sebagian pemuda Islam mereka pada tahun
2006, sebagaimana sisa dari mereka menerima gerakan ini dan bertambah jumlah
mereka, karena mereka betul-betul membutuhkan orang yang bisa mengajarkan Islam
kepada mereka.
Kelompok-kelompok
klasik umat Islam
Umat Islam Vietnam banyak yang loyal pada suku-suku beragam,
dan melalui tulisan dapat kita bagi pada 3 kelompok:
Kelompok pertama: Muslim Tcham, yang merupakan kelompok
mayoritas.
Kelompok kedua: umat yang berasal dari suku-suku yang
beragam, mereka adalah pedagang muslim yang datang dari negeri-negeri yang
beragam kemudian menikah dari anak-anak negeri tersebut, seperti Arab, India,
Indonesia, Malaysia dan Pakistan, dan jumlah mereka merupakan kelompok terbesar
dari jumlah umat Islam secara keseluruhan.
Kelompok ketiga: muslim dari warga Vietnam asli, dan mereka
adalah warga Vietnam yang masuk setelah berinteraksi dengan para pedagang
muslim dan komunikasi secara baik, seperti kampng Tan Buu pada bagian kota Tan
An, baik dengan masuknya warga kepada Islam atau mereka masuk Islam melalui
pernikahan.
Kondisi umat Islam
Umat Islam adalah bagian dari penduduk negeri, maka dari itu
kondisi mereka sangat berhubungan dengan pertumbuhan negara dan kemajuannya.
Dan kondisi negara Vietnam sepanjang tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang
pesat dan prestasi yang banyak yang belum pernah dialami pada pemerintahan
sebelumnya. Pada tahun 2007, Vietnam resmi menjadi anggota organisasi negara
perdagangan internasional, setelah mampu berpartisipasi melakukan perbaikan
ekonomi dan meluas jaringannya pada beberapa tahun terakhir. Karena itulah
Vietnam menjadi salah satu dari negara yang mampu membangun beberapa komponen
perbaikan ekonomi dan membuka negara di hadapan investor asing dan
perusahaan-perusahaan swasta dengan jumlah milyaran dollar untuk menanamkan
investasinya di berbagai lini dan sektor yang beragam.
Dan jika dibandingkan dengan kondisi umat pada kurun
sebelumnya umat Islam saat ini mengalami perbaikan, sehingga sebagian umat
Islam mampu keluar dari sangkar kemiskinan dan ketiadaan, bahkan berubah
kondisi hidup mereka. Namun jumlahnya masih terbatas, karena masih banyak dari
umat Islam bahkan dalam jumlah yang begitu besar umat Islam menghadapi berbagai
problema kemiskinan dan permasalahan materi khususnya yang tinggal di luar dari
Ho Chi Minh City.
sumber :
http://www.dakwatuna.com/2009/06/09/2737/umat-islam-di-vietnam/
http://www.dakwatuna.com/2009/06/09/2737/umat-islam-di-vietnam/
http://ajiraksa.blogspot.com/2012/06/perkembangan-islam-di-vietnam.html
0 Response to "Sejarah Perkembangan Islam di Vietnam"
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Anda