Sejarah Kisah Nabi Hud dan Kaum Aad

Sejarah Kisah Nabi Hud dan Kaum Aad. Nabi Hud as merupakan keturunan dari Sam bin Nuh (Cucu Nabi Nuh) yang diutus oleh Allah untuk menyebarkan ajaran islam kepada kaum Aad. Sama seperti kaum sebelumnya, kaum aad juga tidak mengakui Allah SWT sebagai pencipta alam semesta. Kaum Aad malah menyembah berhala yang diberi nama Shamud, Shada, Alhattar dan Al-Haba. Berbagai kenikmatan dan keistimewaan diberikan Allah untuk kaum ini, seperti bentuk tubuh yang sempurna, kuat dan kemampuan untuk membuat bangunan-bangunan rumah megah (istana) dan benteng-benteng yang kokoh. Selain itu kekayaan alam juga diberkahi pada kaum ini, melalui tanah yang subur, air yang mengalir serta tanaman beraneka ragam yang dikelola sebagai mata pencaharian kaum Aad.


Aad adalah suku terlama yang hidup dan tinggal di jazirah arab di sebuah wilayah yang dikenal dengan nama “Al-Ahqaf”. Wilayah ini terletak diantara Yaman dan Umman. Kaum Aad tinggal disekitar kebun-kebun indah yang mereka buat sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka juga mengembangkan binatang ternak untuk menunjang kehidupan mereka. Berkat kesuburan dan kekayaan tanaman yang mereka miliki, menjadikan kaum Aad berkembang sebagai suku terbanyak dikalangan suku-suku kecil lainnya.

Dakwah Nabi Hud as Pada Kaum Aad

Nabi Hud memulai dakwahnya dengan mengajak kaumnya untuk melihat ke sekeliling mereka. Apa yang mereka rasakan saat ini berupa tanaman yang subur, air yang mengalir jernih dan ternak yang tumbuh semakin banyak adalah kenikmatan yang bersumber dari Allah SWT. Sehingga Allah SWT yang harus disembah, bukan patung-patung yang mereka buat sendiri dan mereka anggap sebagai sumber kebahagiaan.

Nabi Hud menyampaikan pada kaum Aad bahwa beliau adalah utusan Allah yang akan menuntun mereka ke jalan yang lurus. Mempercayai keagungan Allah adalah salah satu ajakan nabi Hud, beriman pada Allah yang menciptakan alam semesta, bisa mematikan dan menghidupkan kembali makhluk serta dapat menambah dan mengurangi rezeki Allah akan menghidupkan manusia setelah kematian datang untuk dimintai pertanggungjawaban atas amal semasa hidup dimuka bumi. Bagi manusia yang beramal baik maka ada ganjaran surga yang dijanjikan Allah SWT. Sebaliknya, ganjaran neraka bagi manusia yang beramal buruk selama hidup di dunia. Kaum Aad tidak mempercayai ajaran yang disampaikan nabi Hud, bahkan mencemooh dengan mengatakan : “bagaimana mungkin orang yang mati bisa dihidupkan kembali, itu hanya omong kosongmu saja, manusia hidup hanya satu kali. Susah senang hanya di bumi saja. Jika sudah mati ya sudah, tidak ada urusan lagi.”

Ajaran nabi Hud mengajak kaumnya untuk kembali ke jalan lurus, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an : “kepada kaum ‘Aad (kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata : ” Hai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-ngadakan saja” (QS. 11 : 50). Dalam ayat lain Nabi Hud As bekata “Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi usahaku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan-nya?” (QS 11 : 51).

Apa yang disampaikan kepada kaum Aad melalui firman-firman Allah tersebut tidak membukakan pintu hati mereka  untuk kembali ke jalan yang lurus. Namun semakin menjadi durhaka dan terus menyembah berhala. Mereka mencaci Nabi Hud, tidak menerima Nabi Hud sebagai utusan Allah bahkan mengejeknya sebagai orang yang bodoh, aneh dan tidak berakal. Kemaksiatan, kekufuran dan Kedurkahan semakin merajalela dikaum tersebut.

Azab Allah terhadap Kaum Aad

Perlakuan kaum Aad terhadap Nabi Hud dan kekufuran yang semakin banyak terjadi, maka Allah SWT menurunkan azab melalui dua tahap :

Azab Pertama

Allah memberikan musim kemarau berkepanjangan selama tiga tahun yang menyebabkan kekeringan dan kerusakan pada ladang dan kebun yang mereka banggakan. Dalam situasi sulit ini, nabi Hud masih berupaya mengingatkan pada kaumnya bahwa apa yang terjadi ini adalah teguran dan sebuah awal dari siksaan dari Allah SWT. Nabi Hud mengajak kaum Hud untuk segera bertobat dari kesesatan dan memohon ampunan dari Allah SWT dari perbuatan kafir. Nabi Hud berusaha meyakinkan mereka, jika kalian meminta pertolongan kepada Allah niscaya bencana kekeringan ini akan berakhir.

Nabi Hud memperingati kaum Aad dengan berkata : “ Hai kaumku, mohon ampunlah engkau kepada Allah dan bertaubatlah kepada-NYA. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan menambahkan kekuatan kepadamu dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa”. Namun peringatan Nabi Hud dijawab oleh mereka : “Hai Hud! Kamu tidak akan mendatangkan suatu bukti yang nyata dan kami tidak akan sekalipun meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu itu. Kami sama sekali tidak akan mempercayaimu!”. Penolakan mereka terhadap ajaran agama Allah yang telah diwahyukan melalui nabi Hud mendapatkan balasan dengan munculnya azab yang selanjutnya.

Azab Kedua
ilustrasi azab kaum Aad Nabi Hud
ilustrasi badai
Allah menurunkan azab yang akan memusnahkan kaum durhaka ini melalui gumpalan awan dan mega hitam yang sangat tebal tepat diatas kaum Aad. Gumpalan awan hitam ini disambut dengan gembira oleh kaum Aad, mereka menganggap gumpalan hitam itu adalah tanda-tanda akan segera turun hujan. Sebagaimana azab pertama, kaum Aad mengalami kekeringan yang merusak ladang mereka. Sehingga mereka mengira bahwa gumpalan awan tersebut menandakan akan turun hujan deras yang akan membasahi kebun dan ladang mereka. Melihat sikap kaum Aad Nabi Hud berkata : “Mega hitam ini bukanlah mega dan awan rahmat bagi kalian, namun mega hitam yang akan membawa kehancuran bagi kalian sebagai balasan Allah terhadap apa yang telah kujanjikan dan kalian menanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kalian ingkari”.

Tidak lama kemudian terjadilah apa yang telah dikatakan oleh nabi Hud, maka turunlah hujan dari mega dan awan hitam tersebut. Namun bukan hujan yang dapat menyuburkan tanaman mereka, melainkan menghancurkan dan merusak kebun dan ladang mereka. Akibat dari kekufuran kaum Aad sangatlah mengerikan, angin topan disertai bunyi gemuruh yang merusak dan menghancurk bangunan-bangunan kuat serta rumah-rumah besar yang mereka bangun. Angin topan juga membinasakan binatang-binatang ternak yang mereka pelihara. Kondisi kaum Aad saat itu menjadi sangat panik, mereka berlari menyelematkan diri masing-masing mencari perlindungan. Namun tidak ada satupun kaum durhaka yang selamat dari azab Allah. Mereka diratakan oleh tanah, hanya sedikit dari kaum Aad yang mau beriman dan menjadi pengikut nabi Hud selamat dari badai hujan dan angin topan.

Setelah keadaan kembali membaik dan tanah Al-Ahqaf menjadi kembali tenang dari Kaum Aad yang durhaka, maka pergilah Nabi Hud meninggalkan tempat ini dan berhijrah menuju Hadramaut. Tempat Beliau menghabiskan sisa hidupnya sampai kemudian Beliau wafat dan dikebumikan disana. Sampai sekarang makam Beliau masih sering dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai macam daerah terutama pada bulan Sya’ban. Makamnya  terletak diatas bukit di sebuah desa yang berjarak kurang dari 50 km dari kota Siwun.

DAFTAR BACAAN
Buku :
Burhan Rahimsyah. Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul (Surabaya : Amelia.2001)
Website :
Wikipedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hud, Diakses tanggal 06 Mei 2014
Cerita Nabi Hud AS Berdakwah untuk  Kaumnya Bernama Aad dalam http://ceritaislami.net/cerita-nabi-hud-as-berdakwah-untuk-kaumnya-bernama-aad/ . Diakses tanggal 06 Mei 2014

0 Response to "Sejarah Kisah Nabi Hud dan Kaum Aad"

Post a Comment

Tinggalkan Komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel