Sejarah Kisah Bilal bin Rabah dan Adzan Terakhirnya
Ilustrasi Bilal bin Rabah (foto:google image) |
Sejarah Kisah Bilal dan Kumandang Adzan Terakhirnya. Bilal
bin Rabah adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (Ethiopia) yang memeluk
agama Islam ketika
masih masih menjadi budak. Namun ketika keislaman Bilal diketahui oleh
majikannya, Bilal-pun terus disiksa setiap hari agar ia meninggalkan islam. Sehingga
suatu hari Abu Bakar memerdekakan Bilal dan iapun menjadi sahabat paling setia
Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadits diceritakan
bahwa Rasulullah saw pernah bermimpi mendengar suara
terompah Bilal di surga. Ketika hukum syariat adzan diperintahkan
oleh Allah orang
yang pertama kali disuruh oleh Rasulullah untuk
mengumandangkannya adalah Bilal bin Rabah, ia dipilih karena suara Bilal
sangat merdu.
Wafatnya Rasulullah, membuat Bilal dilanda kesedihan yang
mendalam. Suatu ketika Khalifa Abu Bakar meminta Bilal untuk menjadi muadzin
kembali, namun dengan perasaan yang masih sedih Bilal berkata : ”Biarkan aku
hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan
muadzin siapa-siapa lagi."
Sepeninggalan Rasulullah SAW masih terasa di hati Bilal ia
pun meninggalkan Madinah mengikuti pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan
kemudian tinggal di Homs, Syria.
Setelah tingga lama di Syria, Bilal tidak pernah mengunjungi
Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan
menegurnya: "Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak
mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?".
Ia pun bangun dan segera mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan
ke Madinah guna berziarah ke makam Rasulullah. Setiba di Madinah, Bilal tidak
dapat menahan rindu dan kesedihannya pada Rasulullah SAW. Kemudian datang cucu
Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian
beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.
Salah satu cucu Rasulullah SAW berkata kepada Bilal:
"Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami
ingin mengenang kakek kami."
Umar bin Khattab yang saat itu sebagai Khalifah juga memohon
kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja. Bilal pun memenuhi
permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia
adzan pada masa Rasulullah masih hidup.
Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz Allahu Akbar
dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas
terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang
mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah
kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah,
seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan
para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan
Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.
Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah,
Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak
sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.
Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.
Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal
setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.
Subhanallah, sungguh kisah yang sangat mengharukan betapa
cintanya Bilal kepada Rasulullah SAW. sampai saat saya menuliskan kisah ini
saya merasakan merinding sambil terharu.
Sumber referensi:
https://www.facebook.com/KomunitasOneDayOneJuz/posts/10153637846057785
diakses tanggal 7 maret 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Bilal_bin_Rabah
diakses tanggal 7 maret 2015
0 Response to "Sejarah Kisah Bilal bin Rabah dan Adzan Terakhirnya"
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Anda