Sejarah Perkembangan Islam di Spanyol Andalusia
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol
diujung selatan benua Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah
semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan,
mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M).
Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah
seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani
Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man
al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan
ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa
ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah
Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi
dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H
(masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid).
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan
Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam
yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana.
Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif
dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang
berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima
ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa
harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif
dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di
Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta
rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan
Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya
terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian
menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat
pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal
dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja
Roderick dapat dikalahkan. Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota
kerajaan Goth saat itu). Kebudayaan islam memasuki Eropa melalui beberapa
jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini karena kaum muslimin telah menetap
di negeri itu sekitar abad 8 abad lamanya. Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri
itu mencapai puncak perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami
perkembangan yang pesat diberbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla,
Granada, dan Toledo.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad
membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang
kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada
permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke
Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu
mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol
oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada
dalam keadaan yang menyedihkan.[1] Begitu juga dengan adanya perebutan
kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama yang
menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka.[2] Kondisi terburuk
terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan
Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi
penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa
tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi
mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini tertekan
juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
Muslimin.
Adapun faktor internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode yaitu: Periode
Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M),
Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M), dan Periode Keenam
(1248-1492 M).
Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dibagi
menjadi enam periode yaitu :
1. Periode Pertama
(711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para
wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada
periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan
dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama
akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat
di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai
daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali
(gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan
politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada
hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara
dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus
bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika
tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak
ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang
agak lama. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke
Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912
M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada
pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138
H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil
mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada
periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman
al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn
Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman
al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath
dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada
periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu
dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang
dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M
membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah
orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di
pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar
dan orang-orang Arab masih sering terjadi. Namun ada yang berpendapat pada periode ini dibagi menjadi
dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013).
3. Periode Ketiga
(912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd
al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut
bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah
daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan
Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan
saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan
Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai
tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga
orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan
Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan
dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman
al-Nasir mendirikan universitas Cordova.
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat
(1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga
puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau
Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova,
Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville.
Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau
terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang
menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen
pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan
politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode
ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan
perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima
(1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan
dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf
ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa
jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi
(w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Pada
tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de
Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun menyebabkan penguasanya
memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Tahun
1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M.
Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
6.Periode Keenam
(1248-1492 M)
Pada peride ini yaitu antara tahun (1232-1492) ketika umat
islam Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani Amar
pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar Al-Nasr, oleh
karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah. Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di
bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan
pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang
istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi
raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan
itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah
kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya.
Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah
naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan kedua
kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin
merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku
kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah
ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun
1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen
atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada
lagi umat Islam didaerah ini.
Itulah enam periode sejarah perkembangan islam di spanyol
andalusia
Islam di spanyol pada masa itu mengalami kemajuan pesat. Faktor-faktor
pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan
oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang
oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan
ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama
Kristen dan Yahudi.
Kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain,
konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan
ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan keterpencilan.
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai
memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan
itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu
dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan
Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari
Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam
mencapai masa sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu,
orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di
sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di
Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan
Sumber referensi :
https://sites.google.com/site/ppmenetherlands/kazanah/khazanah/sejarah-islam-di-spanyol
0 Response to "Sejarah Perkembangan Islam di Spanyol Andalusia"
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Anda