Sejarah Perkembangan Islam di Nusa Tenggara Timur
Menurut beberapa sumber, agama Islam pertama kali memasuki
Nusa Tenggara Timur pada abad ke-15 yang dibawa oleh para pedagang dan
ulama tepatnya di Pulau Solor, Flores
Timur. Penyebaran agama Islam ini pertama kali dilakukan seorang ulama
pedagang dari Palembang yang bernama Syahbudin bin Salman Al Faris
yang kemudian dikenal dengan sebutan Sultan Menanga. Daerah selanjutnya yang
dimasuki Islam adalah Ende, Alor, seluruh Flores, Timor, dan Sumba. Mengenai pola pendekatan penyebar agama Islam di NTT asal
Palembang Syahbudin bin Salman Al Faris menggunakan pendekatan kekeluargaan dan
memegang tokoh-tokoh kunci daerah setempat.
Berikut beberapa
pendapat tentang sejarah masuknya islam di nusa tenggara timur :
Menurut Abdul Kadir G. Goro dalam sebuah thesisnya yang
berjudul “Sejarah Perkembangan Agama Islam di Kabupaten Kupang” (1977), Sejarah
masuknya agama Islam di Kupang erat hubungannya dengan penyebaran agama Islam
di Indonesia. Dari Ternate, Islam meluas meliputi pulau-pulau di seluruh
Maluku, dan juga daerah pantau timur Sulawesi.
Seorang peneliti dan penulis buku tentang sejarah Islam di
NTT, Munandjar Widiyatmika di Kupang, Selasa mengatakan bahwa “Dari
sumber-sumber sejarah yang berhasil saya himpun, agama Islam masuk pertama kali
di pulau Solor di Menanga pada abat ke-15 kemudian ke Ende dan Alor,” katanya
dalam suatu wawancara terkait masuknya agama Islam pertama di NTT.
Beliau juga berpendapat bahwa Solor menjadi daerah pertama
penyebaran agama Islam di NTT karena letaknya strategis dengan bandar-bandar
penting di Pamakayo, Lohayong, Menanga dan Labala, sangat penting bagi kapal
yang menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Timor dan Maluku,
demikian pula di Ende dan Alor.
“Masuknya agama Islam ini dibawa oleh pedagang sehingga
sangat wajar kalau penyebarannya dilakukan mulai di sekitar bandar-bandar
startegis yang banyak dikunjungi para pedagang Islam dari luar, dan Solor
adalah daerah peristirahatan sebelum ke pusat penghasil cendana di Pulau
Timor,” katanya. Bahkan ketika itu Portugis sendiri membangun benteng di Pulau
Solor karena Solor merupakan daerah yang paling tepat untuk berisiraharat
sambil melanjutkan perjalanan ke Pulau Timor.
Sultan Menanga kawin dengan seorang puteri raja Sangaji
Dasi dan menjadi orang pertama yang memeluk agama Islam di NTT dan kemudian
diikuti anggota keluarganya. Artinya, berkat pengaruh Sangaji Dasi, keluarga
dan pengikutnya dengan mudah diajak menjadi pemeluk agama Islam. Bahkan untuk
kepentingan pengembangan agama Islam di Solor, Sultan Menanga kemudian
ditempatkan di perbatasan antara kerajaan Lamakera dan Lohayong dan berhasil
membangun kampung muslim pertama di Menanga. Dari situlah agama Islam kemudian
tersebar ke daerah lain seperti Alor, dan seluruh Flores, Timor dan Sumba.
Sejak masuknya agama Islam di NTT sampai abat ke-16, para pembawa
agam islam belum tergerak mewujudkan lembaga sosial keagamaan Islam dan lembaga pendidikan Islam
sebagai penunjang penyebaran agama Islam. Hal ini berbeda dengan penyebaran
agama Islam di pulau Jawa yang tidak saja ditunjang para wali dan ulama tetapi
juga sistem pendidikan di Pondok Pesantren.
Perkembangan agama
Islam di NTT sejak abad ke 16
Pada abad ke-16 muncul Kerajaan Gowa yang berasal dari Sulawesi
selatan. Pengislaman dari Jawa disini tidak begitu berhasil, akan tetapi berkat
usaha seorang ulama asal Minangkabau pada awal abad ke-17, raja Gowa itu
akhirnya memeluk agama Islam juga. Nah, atas kegiatan orang-orang Bugis, maka
Islam masuk pula di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara, juga beberapa pulau
di Nusa Tenggara.
Dengan meluasnya kekuasaan Kerajaan Tallo dan Goa di Nusa
Tenggara Timur, maka masuklah agama Islam di Nusa Tenggara Timur. Selain
pengaruh dari Sulawesi Selatan, masuknya agama Islam di NTT disebabkan pula
oleh masuknya orang-orang yang beragama Islam dari Ternate – Maluku ke daerah
ini.
Menurut cerita rakyat di Pulau Alor, pembawa agama Islam
yang pertama ke Pulau Alor adalah “Djou Gogo”, Kima Gogo, Salema Gogo, Iyang
Gogo, Abdullah dan Muchtar yang berasal dari Ternate-Maluku.
Setelah masuknya agama Islam ke Pulau Solor sekitar abad ke
XVI, maka dengan perantaraan orang-orang yang beragama Islam dari Solor, agama
Islam masuk ke Batu Besi Kupang sekitar tahun 1613.
Melalui komunikasi laut, agama Islam berhasil dikembangkan
di daerah-daerah pesisir Kabupaten Kupang yang strategis letaknya, sehingga
terbentuknya masyarakat Islam di Kupang pada mulanya terjadi di daerah-daerah
pesisir.
Dalam catatan sejarawan, masyarakat Islam yang berada di
pesisir Pulau Timor telah muncul di Kupang, Toblolong (Kecamatan Kupang Barat),
Sulamu (Kecamatan Kupang Timur), dan Naikliu (Kecamatan Amfoang Utara), Babau
(Kecamatan Kupang Timur). Di tempat inilah, para nelayan, pelayar, dan pedagang
menyinggahi dan menetap di daerah-daerah ini. Perkampungan Islam juga terbentuk
di Pulau Sabu (Kecamatan Sabu Barat) di daerah pesisir.
Bila diurai satu per satu, Toblolong merupakan daerah
pesisir yang strategis, karena letaknya sebagai jembatan penghubung antara
Kupang dan Pulau Rote. Sebelum menyebrang ke Rote, para pendakwah yang juga
pelayar dan pedagang terlebih dulu singgah di Toblolong untuk mempersiapkan
perbekalan atau menunggu keadaan angin dan arus yang memungkinkan mereka untuk
meneruskan pelayaran. Akibatnya, orang Islam yang singgah di daerah ini – kabarnya
orang-orang Islam dari Solor-Lamakera -- menetap di Toblolong sekitar
tahun 1.900, hingga terbentuklah masyarakat Islam di wilayah ini.
Adapun terbentuknya masyarakat Islam di Sulamu, berawal dari
para nelayan yang beragama Islam dari Kaledupa yang memasuki daerah Sulamu
sekitar tahun 1918, hingga terbentuklah masyarakat Isla di Sulamu.
Ihwal terbentuknya masyarakat muslim di Babau, bermula
setelah masuknya para nelayan yang beragama Islam (berasal dari Pulau
Butung-Sulawesi) untuk menangkap ikan ke daerah ini. Kemudian masuklah
pedagang-pedagang Bugis, Makasar dan Solor untuk berniaga.
Masuknya Ahmad Horsan ke Tainbira untuk berniaga dan
berdakwah, pada tahun 1952, ia berhasil mengislamkan masyarakat Tainbira.
Begitupula, masyarakat Islam terbentuk di Camplong sekitar tahun 1955, setelah
menetapnya Hamid dan Mahmud yang datang untuk mencari nafkah. Masyarakat
Islam juga terbentuk di Takari sejak 1955, saat masuknya keluarga Aqlis untuk
membeli hewan untuk diperdagangkan. Sedangkan masyarakat Islam di Naikliu
terbentuk ketika para pedagang dari Sulawesi memasuki wilayah ini sekitar tahun
1975.
Sejarah Singkat
Hadirnya Agama Islam di Kupang
Sejak jaman penjajahan ketika terjadi peperangan antara
Belanda dan Portugis, Belanda mendatangkan pasukan dari berbagai daerah.
Diantaranya penduduk daerah yang didatangkan ke Kupang adalah penduduk dari
Solor. Mereka pada umumnya beragama Islam. Diantara penduduk yang datang dari
Solor terdapat seorang tokoh bernama Atu Laganama (1749-1802) yang aktif dalam
menyebarkan agama Islam dengan mendirikan madrasah dan menjadi imam di Kampung
Solor, Batu Besi (mungkin nama lain dari Fatubesi) Kedudukan sebagai imam pada
tahun 1802 digantikian oleh Sangaji Susan. Di samping penduduk dari Solor, pada
tahun 1772 datang seorang dari Benggala ke Kupang, bernama Abdulrachman. Ia
bersama Atu Laganama membangun masjid pertama di Batu Besi. Pada waktu itu di
Kupang telah ada + 300 orang Islam (Goro, 1977:78).
Masjid pertama itu kemudian dipindahkan ke dekat toko Cong Ah. Pada Tahun 1912 didirikan pula masjid Kampung Solor (tampak pada foto di atas), terletak dekat Hotel Abdulrachman. Yang menjadi imam pertama Burhan bin Banit. Pada Tahun 1953 masjid tersebut direnovasi atas prakarsa Bai Kadi, A. Arba dan Mahyun Amaradja. Dari Kampung Solor, umat Islam mulai tersebar ke Bonipoi dan Airmata. Pemimpin Desa Airmata pada mulanya adalah Imam Sanga. Setelah meninggal ia diganti oleh puteranya yang bernama Sya'ban bin Sanga, Sya'ban bin Sanga memulai merintis pembangunan masjid Airmata Kupang pada Tahun 1812. Umat Islam di Airmata semakin berkembang dengan kedatangan tokoh dari luar Airmata. Pada Tahun 1825-1830 telah datang Pangeran Surya Mataram. Demikian pula Syeh Syarif Abu Bakar bin Abdulrachman Algadri dari Pontianak. Ia disingkirkan oleh Belanda ke Sumba kemudian ke Kupang akibat perdagangan budak. Pada Tahun 1886 ia menetap di Desa Airmata sampai wafatnya 1897. Syeh Syarif Abubakar bin Abdulrachman Algadri merupakan leluhur keturunan Arab di Desa Airmata.
Masjid pertama itu kemudian dipindahkan ke dekat toko Cong Ah. Pada Tahun 1912 didirikan pula masjid Kampung Solor (tampak pada foto di atas), terletak dekat Hotel Abdulrachman. Yang menjadi imam pertama Burhan bin Banit. Pada Tahun 1953 masjid tersebut direnovasi atas prakarsa Bai Kadi, A. Arba dan Mahyun Amaradja. Dari Kampung Solor, umat Islam mulai tersebar ke Bonipoi dan Airmata. Pemimpin Desa Airmata pada mulanya adalah Imam Sanga. Setelah meninggal ia diganti oleh puteranya yang bernama Sya'ban bin Sanga, Sya'ban bin Sanga memulai merintis pembangunan masjid Airmata Kupang pada Tahun 1812. Umat Islam di Airmata semakin berkembang dengan kedatangan tokoh dari luar Airmata. Pada Tahun 1825-1830 telah datang Pangeran Surya Mataram. Demikian pula Syeh Syarif Abu Bakar bin Abdulrachman Algadri dari Pontianak. Ia disingkirkan oleh Belanda ke Sumba kemudian ke Kupang akibat perdagangan budak. Pada Tahun 1886 ia menetap di Desa Airmata sampai wafatnya 1897. Syeh Syarif Abubakar bin Abdulrachman Algadri merupakan leluhur keturunan Arab di Desa Airmata.
Pada Tahun 1860 pernah datang pula dua orang dari Pulau Bangka bernama Dipati Amir Bahrein dan Dipati Hamzah Bahrein. Mereka disingkirkan Belanda ke Kupang karena terlibat dalam perlawanan di Gunung Maras. Di Kupang mereka aktif menyebarkan agama Islam dan berhasil mendirikan sebuah masjid di Desa Bonipoi, Kupang. (Leiriza, 1983: 39-40).
Di samping tokoh-tokoh tersebut pernah pula datang ke Kupang dari Banten K.H. Muhammad Arsad bin Alwan, K.H. Agus Salam dan H. Mansyur yang diasingkan pemerintah Belanda ke Kupang karena terlibat pemberontakan di Cilegon Tahun 1886-1892. Pada Tahun 1917 mereka dibebaskan dan kembali ke Banten setelah menetap 25 Tahun di Kupang dan aktif pada bidang keagamaan. (Leiriza, 1983:40-41).
Referensi :
http://beritasore.com/2009/09/09/agama-islam-masuk-ntt-pada-abad-15/
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/11/22/16778/menengok-saudara-minoritas-di-perkampungan-muslim-kupang/
http://wilson-therik.blogspot.com/2012/03/sejarah-singkat-hadirnya-agama-islam-di.html
Agen Sbobet | Situs Bandar Bola Online Terpercaya | indocbet
ReplyDeleteIndoCBET adalah Daftar agen sbobet Situs Bandar Bola Online Terpercaya resmi Taruhan Bola dengan lisensi indonesia
Bergabunglah bersama indoCBET bersama kami dengan Bonus Terbesar Saat ini
BONUS NEW MEMBER 20%
BONUS DEPOSIT 5%
BONUS CASHBACK 5%
BONUS ROLLINGAN 0.5%
BONUS REFERENSI 5%
Tersedia Agen
SBOBET, AMGBET, CBET
Deposti 25ribu
Whatsapp indocbet : 0822.8637.2298
Agen Sbobet | Situs Bandar Bola Online Terpercaya | indocbet
ReplyDeleteIndoCBET adalah Daftar agen sbobet Situs Bandar Bola Online Terpercaya resmi Taruhan Bola dengan lisensi indonesia
Bergabunglah bersama indoCBET bersama kami dengan Bonus Terbesar Saat ini
BONUS NEW MEMBER 20%
BONUS DEPOSIT 5%
BONUS CASHBACK 5%
BONUS ROLLINGAN 0.5%
BONUS REFERENSI 5%
Tersedia Agen
SBOBET, AMGBET, CBET
Deposti 25ribu
Whatsapp indocbet : 0822.8637.2298