Sejarah Perkembangan Islam di Nigeria - Afrika

sejarah perkembangan islam di nigeria afrika
Sejarah perkembangan islam di Nigeria. Islam masuk ke Nigeria pada abad ke 8 melalui jalur perdagangan, khususnya pedagang dari Arab, Islam masuk ke Nigeria dari wilayah utara Nigeria dan menyebar ke daerah sekitarnya. Akan tetapi perkembangan Islam di sana bukan berarti tidak mendapatkan halangan dan rintangan yang cukup serius, Perkembangan Islam terhalang oleh pertahanan penduduk dalam beberapa wilayah kecil yang di tunjuk oleh penguasa setempat. Daerah ini pertama kali dikuasai oleh orang orang Hausa dan Haruri sampai tibanya orang orang Fulani di awal tahun 1800.
Agama Islam masuk ke daratan Afrika pada masa Khalifah Umar bin Khattab, waktu Amru bin Ash memohon kepada Khalifah untuk memperluas penyebaran Islam ke Mesir lantaran dia melihat bahwa rakyat Mesir telah lama menderita akibat ditindas oleh penguasa Romawi dibawah Raja Muqauqis. Sehingga mereka sangat memerlukan uluran tangan untuk membebaskannya dari ketertindasan itu. Muqauqis sesungguhnya tertarik hendak masuk Islam setelah menerima surat dari Rasulullah SAW. Namun, karena lebih mencintai tahtanya maka sebagai tanda simpatinya beliau kirimkan hadiah kepada Rasulullah SAW.

Selain alasan diatas Amru bin Ash memandang bahwa Mesir dilihat dari kacamata militer maupun perdagangan letaknya sangat strategis, tanahnya subur karena terdapat sungai Nil sebagai sumber makanan. Maka dengan restu Khalifah Umar bin Khattab dia membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi pada tahun 19 H (640 M) hingga sekarang. Dia hanya membawa 400 orang pasukan karena sebagian besar diantaranya tersebar di Persia dan Syria. Berkat siasat yang baik serta dukungan masyarakat yang dibebaskannya maka ia berhasil memenangkan berbagai peperangan. Mula-mula memasuki kota Al-Arisy dan dikota ini tidak ada perlawanan, baru setelah memasuki Al-Farma yang merupakan pintu gerbang memasuki Mesir mendapat perlawanan, oleh Amru bin Ash kota itu dikepung selama 1 bulan. Setelah Al-Farma jatuh, menyusul pula kota Bilbis, Tendonius, Ainu Syam hingga benteng Babil (istana lilin) yang merupakan pusat pemerintahan Muqauqis. Pada saat hendak menyerbu Babil yang dipertahankan mati-matian oleh pasukan Muqauqis itu, datang bala bantuan 4.000 orang pasukan lagi dipimpin empat panglima kenamaan, yaitu Zubair bin Awwam, Mekdad bin Aswad, Ubadah bin Samit dan Mukhollad sehingga menambah kekuatan pasukan muslim yang merasa cukup kesulitan untuk menyerbu karena benteng itu dikelilingi sungai. Akhirnya, pada tahun 22 H (642 M) pasukan Muqauqis bersedia mengadakan perdamaian dengan Amru bi Ash yang menandai berakhirnya kekuasaan Romawi di Mesir.

Pada masa Trans Sahara dan Afrika Utara, bermula ketika Uqba ibn-Nafi’, sebagaimana diceriterakan oleh Ibn Abdalhakam pada tahun 667 Masehi datang ke Sahara Tengah, dan membuka rute perdagangan ke Kanem-Borno, Nigeria Utara, termasuk di dalamnya adalah perdagangan budak. Pada saat itu, perdagangan budak Afrika sangat terkenal, dan mengundang orang Barat untuk ikut ‘mencicipinya’. Rute perdagangan ini dilanjutkan oleh anak laki-laki Uqba, yaitu Ubaidillah ibn al-Habhab sampai ke Kerajaan Ghana karena adanya perdagangan emas, dan berlanjut sampai dengan abad ke-11. di samping melakukan perdagangan, para pedagang Muslim juga memperkenalkan misi utama ajaran Islam, yaitu mengembangkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan.  Dengan cara demikian, akhirnya Islam dapat berbaur dengan masyarakat setempat.

Islam berkembang sangat pesat di seluruh Afrika Barat, tidak hanya di Nigeria, sehingga bahasa Arab dijadikan sebagai komunikasi internasional di kawasan itu sampai dengan abad ke-15, seiring dengan kemenangan Islam di Andalusia (sekarang Spanyol). Ketika Portugis memasuki Afrika Barat pada abad ke-15, dalam rangka perdagangan budak, maka penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi mulai berkurang. Hal ini berlanjut sampai dengan masuknya Perancis dan Inggris pada abad ke-19. Dua negara terakhir inilah yang akhirnya menguasai sebagian besar wilayah Afrika Barat.

Kerajan Mali dan Songhay mempunyai peran sangat penting dalam mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nigeria Utara yang dipelopori suku Hausa dan Fulani, antara lain di Kano dan Katsina (abad ke-14 dan 16).

Berdasarkan catatan Kano, satu dari dua pusat komersil di Hausaland, bahwa Islam pertama kali datang ke Kano pada masa pemerintahan Raja Yaji ( 1319-1385 ), di bawa oleh para pedagang Wangarawa atau Mandingo yang datang dari Mali. Di antara 40 pedagang Wangarawa tersebut yaitu: Abdurr-Rahman Zaiti, Kebe, Mutuku, Yakasai, Shehe, dan Auwula, mereka ini bukan saja para pedagang, tapi juga seorang sarjana , Melalui merekalah Islam berkembang sangat baik di Kano, menurut catatan dari petualang legendaris Ibn Batutah, mereka datang ke Kano membawa buku buku tentang fiqh dan etimologi.
Pada saat itu, banyak praktik praktik keagamaan sinkretik di Kano, paham jahiliyah tersebut kemudian di hancurkan oleh para sarjana Wangarawa, namun bukan hanya itu, mereka juga menebang habis pohon suci yang ada di Madabo lalu di ganti dengan Masjid, masjid pertama yang di bangun di Kano adalah masjid Madabi. Sekolah sekolah Islam juga banyak didirikan untuk mendalami berbagai ilmu ilmu Islam. mereka juga pergi haji ke Mekah, lalu kembali dengan membawa buku buku Islam, untuk di ajarkan kepada para penduduk Kano.

Pada masa pemerintahan Muhammad Rumfa ( 1463-1499 ), Islam telah mendominasi peta politik di Kano, pada masa Muhammad Rumfa inilah kano kedatangan seorang sarjana muslim besar,Muhammad bin Ahmadal-Maghili,yang kemudian hari di angkat menjadi penasehat kerajaan, untuk mengurusi dan mengelola pemerintahan sesuai dengan Syari'at Islam.

Masa orientasi Atlantic, Maroko menginvasi Kerajaan Mali-Songhay pada tahun 1591, namun jauh sebelum itu, Kerajaan Otoman Turki telah lebih dulu menguasai Mesir dan Aljazair pada tahun 1517 dan 1525.  Pada saat bersamaan, muncul kerajaan baru di Benin, Oyo, Dahomey dan Ashante, disusul kemudian kerajaan Bambara yang masih dikuasai oleh animisme. Komunitas Muslimn di wilayah tersebut mulai mengadakan jihad. Jihad pertama dilakukan oleh Uthman Don Fodiye pada tahun 1804 di Sokoto, yang meminta kepada pemerintah Sokoto yang dikuasai oleh suku Hausa memberlakukan ajaran Islam. Peradagangan budak semakin menipis, dan Eropa menghentikan kebutuhan akan budak, dan akhirnya kerajaan Oyo jatuh.

Namun ketika kolonial Inggris mulai merasuk di Nigeria, kehidupan komunitas Islam di sana mulai terjepit. Dimulai ketika diberlakukan Pax Brittanica yang mengatur agar setiap muslim yang akan bepergian atau membangun masjid harus mendapatkan izin dari pemerintah kolonial. Namun sebaliknya, bagi pemeluk Kristen tidak dikenakan izin serupa. Kerajaan Sokoto dan Borno mulai invalid, namun komunitas muslim menyebar ke Selatan, yaitu ke Etsako, Niger-Benue dan kota-kota wilayah Yoruba, semisal Ogbomoso, Oyo, Ibadan, Sagamu, Ijebu-Ode dan Abeokua. Budak-budak muslim yang berasal dari suku Hausa menyatu secara sosial-politik di kota-kota tersebut dan menjadikan Islam sebagai symbol Yoruba untuk menolak intrusi kebudayaan Inggris.

islam di nigeria afrika

Tercatat banyak sekali wilayah di bagian utara Nigeria yang telah mengikrarkan diri sebagai daerah yang telah di masuki Islam, misalnya Hausaland, Walaupun, terdapat beberapa perbedaan pendapat, bagaimana dan kapan Islam masuk ke daerah Hausaland, akan tetapi kebanyakan para pakar sejarah  sepakat bahwa Islam masuk ke derah itu melalui Mali pada abad 14.

Sumber referensi :
http://imzshima.blogspot.com/2012/03/perkembangan-islam-di-afrika.html
http://ikhwan-em.blogspot.com/2013/07/jejak-islam-di-nigeria.html
http://chamzawi.wordpress.com/2008/07/26/islam-di-nigeria/

0 Response to "Sejarah Perkembangan Islam di Nigeria - Afrika"

Post a Comment

Tinggalkan Komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel